Shofia Latifa dan Syafrizan Ruslan hari ini sangat gembira karena baru saja memenangkan medali emas dalam Lomba Karya Inovasi Mahasiswa di acara Pekan Ilmiah Olahraga, Seni, dan Riset (PIONIR) VIII 2017 yang diselenggarakan di UIN Ar-Raniry Aceh.
Setelah mempresentasikan temuannya di Banda Aceh, dua mahasiswa Jurusan Biologi dari Fakultas Tarbiyah IAIN Ambon telah terbukti sebagai juara. Mereka telah berhasil meneliti dan mengembangkan cara baru untuk menggunakan limbah ampas sagu sebagai bahan baku dalam produksi bioetanol, pupuk organik, dan bioabsorben.
Sebagai mahasiswa yang fokus dalam riset dan pembelajaran Biologi, kami melihat masalah limbah sagu (disebut juga ela sago dalam bahasa Ambon) yang terbuang di daerah kami, khususnya di Desa Waai, Kecamatan Salah Utu, Kabupaten Maluku Tengah. Sagu merupakan makanan pokok bagi masyarakat Ambon, namun ela sagonya sering dibuang secara tidak bertanggung jawab, menyebabkan pencemaran lingkungan. Kami ingin mencari solusi untuk meminimalisir masalah ini.
Dengan bimbingan dari Abajaidun Mahulauw, seorang dosen di jurusan Bioteknologi, serta M. Rizal dan Mulyadi Taslim, ketua jurusan Biologi dan laboratorium Biologi FT IAIN Ambon, Shofia dan Syafrizan memulai penelitian tentang penggunaan limbah ampas sagu sebagai bahan baku untuk membuat produk seperti bioetanol, pupuk organik, dan bioabsorben.
Syafrizan sangat memperhatikan pencemaran limbah sagu dan ingin melakukan upaya untuk mengurangi masalah tersebut. Ia memiliki ide untuk menggunakan limbah sagu sebagai bahan bakar untuk memasak, mengolah industri rumahan, dan kegiatan lainnya. Biasanya, ethanol diperoleh dari tumbuhan jarak dan juga kotoran manusia atau hewan, serta memiliki sifat gas yang berguna.
Selain digunakan sebagai bahan pangan, limbah sagu dapat diolah menjadi pupuk organik yang berguna untuk memperkaya tanah dan juga sebagai bioabsorben yang mampu menyerap dan membersihkan air kotor dengan efektif. Dengan demikian, kita bisa mengurangi limbah dan menghasilkan produk yang bermanfaat secara ekonomis dan lingkungan.
Sebagai persiapan untuk kompetisi PIONIR di Aceh, Abajaidun memberikan bimbingan intensif kepada kedua mahasiswa tersebut. Menurutnya, tidak ada kesulitan karena kedua mahasiswa tersebut memiliki minat yang besar untuk meneliti dan menjadi mahasiswa biologi yang cerdas.
Nizar Ali, Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, sangat mengapresiasi kreativitas mahasiswa yang berpartisipasi dalam lomba karya inovasi mahasiswa di PTKI. Ia bangga dengan prestasi dan daya kreaitivitas yang tinggi dari para mahasiswa tersebut, dan berkomitmen untuk memberikan perhatian khusus kepada mereka.
Nizar berharap agar para dosen dan pimpinan PTKI memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan intelektualitas dan penelitian guna memperkuat peran mahasiswa dalam mewujudkan visi PTKI sebagai perguruan tinggi berbasis riset yang bertanggung jawab bagi peradaban.
Pada saat artikel ini ditulis, UIN Sultan Syarif Kasim Riau mendapatkan 2 medali emas, sedangkan UIN Jakarta, UIN Yogyakarta, UIN Bandung, UIN Banten, UIN Lampung, UIN Jambi, STAIN Bengkulu, IAIN Lhokseumawe, IAIN Gorontalo, IAIN Tulungagung, IAIN Ambon dan UIN Ar-Raniry Aceh masing-masing telah mendapatkan 1 medali emas. Catatan: perolehan medali dapat berubah seiring dengan perkembangan acara.